Kamis, 29 Januari 2009

media pembelajaran dalam olahraga

PENDAHULUAN

Media pembelajaran adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bagaimana bentuk dan cakupan Media Pembelajaran? Bagaimana pula alur analisis penyusunan media pembelajaran? Media Pembelajaran memiliki peran yang strategis dalam proses pembelajaran. Di tangan seorang guru yang kompeten, Media Pembelajaran dapat berkembang menjadi sesuatu yang menarik dan memotivasi siswa untuk belajar;. Dengan kata lain, gurulah yang mampu mengelola bahan ajar menjadi sesuatu yang menarik dan memotivasi. Di satu pihak, sistem pendidikan yang berlaku juga menuntut seorang guru untuk mampu mengembangkan media pembelajaran dengan memanfaatkan beragam sumber yang ada untuk membantu siswa mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pengembangan media Pembelajaran sejalan dengan tuntutan untuk mengembangkan kurikulum dan silabus. Media pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Media pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan media pembelajaran meliputi :

a) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan media pembelajaran.

b) Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar.

c) Memilih media pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi.

d) Memilih sumber bahan media pembelajaran.


Tujuan

Penggunaan standing board jump pada saat pembelajaran melompat adalah untuk membantu siswa dalam mendapatkan daya ledak pada otot tungkai sehingga lompatan yang dilakukan hasilnya memuaskan, disamping itu juga dapat digunakan untuk memotivasi siswa agar tertantang dalam melakukan lompatan.


Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari media pembelajaran standing board jump ini adalah:

  1. Untuk para guru olahraga, media pembelajaran ini dapat digunakan untuk membantu menyampaikan materi terutama hal hal yang berkaitan dengan melompat serta kegunaan lainnya yaitu untuk melakukan instrument tes daya ledak otot tungkai pada level atas.
  2. Untuk para siswa, yaitu menumbuhkan motivasi dan rasa keingintahuan tentang melompat kemudian mencoba serta mengaplikasikan pada kegiatan olahraga terutama pada kegiatan melompat.
  3. Untuk para pemerhati olahraga, agar dapat digunakan sebagai alternative pengembangan progam pelatihan fisik

Diskripsi Media

Standing board jump disini adalah salah satu bentuk alat bantu yang dikembangkan sebagai media pembelajaran pada pelajaran olahraga. Standing berarti berdiri, board berarti papan dan jump berarti melompat. Jadi standing board jump adalah papan berdiri yang digunakan untuk melompat. Penggunaan standing board jump sendiri digunakan dalam materi pembelajaran melompat pada pelajaran olahraga. Dalam pemilihan media pembelajaran dengan menggunakan standing board jump ada 4 tahap yang dilalui yaitu:

a. Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan standing board jump.

b. Merinci dan menyusun kombinasi pembelajaran dengan menggunakan standing board jump.

c. Menyusun bentuk kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

d. Menghubungkan individu atau anak anak dengan media pembelajaran. (Bompa,1990)

Setelah melalui 4 tahap diatas, maka didapat media pembelajaran melompat dengan menggunakan standing board jump. Alat ini sedikit banyak membantu guru olahraga dalam menyelesaikan materi terutama melompat. Bagaimana teknik melakukan awalan saat melompat, bagaimana sikap tubuh saat melompat dan bagaimana posisi tubuh saat mendarat setelah melompat. Dengan alat ini siswa semakin tertantang dan termotivasi dalam melakukan lompatan dan diharapkan lompatan yang dilakukan siswa semakin baik dan hasilnya memuaskan

Media pembelajaran ini mempunyai beberapa fungsi diantaranya:

1. Media pembelajaran ini dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak. Media pembelajaran ini dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud adalah standing board jump

2. Media pembelajaran ini dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu pengajaran, khususnya pada materi pembelajaran melompat.

3. Media pembelajaran ini mampu menghasilkan keseragaman pengamatan

4. Media pembelajaran ini dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.

5. Media pembelajaran ini dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.

6. Media pembelajaran ini dapat membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar dan mencoba.

7. Media pembelajaran ini mampu memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak

Melihat fungsi fungsi diatas kemudian guru olahraga mencoba membuat media pembelajaran standing board jump yang digunakan dalam pelajaran olahraga. Adapun model standing board jump adalah 3 buah pipa paralon / PVC masing masing berdiameter 6 Cm yang di sambung menjadi sebuah gawang kecil berukuran 25 X 100 Cm. dengan rincian tinggi pipa 25 Cm dan lebar pipa 100 Cm

Inti dari penggunaan media pembelajaran standing board jump pada saat pembelajaran melompat adalah membantu siswa untuk mendapatkan lompatan yang memuaskan, disamping itu standing board jump juga dapat digunakan untuk memotivasi siswa agar tertantang dalam melakukan lompatan. Dalam penggunaan standing board jump terdapat masing masing level yang bisa dilakukan oleh berbagai kalangan dan usia, mulai untuk level 1 yang digunakan untuk anak SD, level 2 yang digunakan untuk anak SMP, level 3 yang digunakan untuk anak SMA maupun level atas yang digunakan untuk kalangan atlit dalam rangka peningkatan daya ledak otot tungkai (Yudha, Maza. 2006.)

Pada saat memberikan contoh bagaimana cara melakukan gerakan kombinasi melompat disinilah peranan guru olahraga untuk mencontohkan bagaimana cara melompat menggunakan standing board jump. Standing board jump disini adalah salah satu bentuk alat pengembangan media pembelajaran pada pelajaran olahraga. Penggunaan standing board jump dalam materi pembelajaran melompat sedikit banyak membantu guru olahraga dalam menyelesaikan materi. Siswa semakin tertantang dalam melakukan lompatan dan diharapkan lompatan yang dilakukan siswa semakin baik dan sempurna serta tentu saja memperhatikan keselamatan siswa. Adapun langkah langkah dalam melakukan lompatan menggunakan standing board jump yaitu

a. Lakukanlah pemanasan / warming up. Melakukan pemanasan atau warming up sangatlah penting dalam memulai setiap aktivitas terutama pada aktivitas yang menuntut tubuh kita untuk selalu bergerak. Pemanasan sangat berguna bagi otot otot tubuh kita agar ketika melakukan lompatan, otot kita tidak mengalami kram atau cedera seperti hamstring dan tertarik otot paha depan.

b. Berdiri dengan sikap tubuh yang baik. Berdirilah didepan atau disamping standing board jump dengan posisi badan tegak, badan jangan terlalu kaku, buka kaki kira kira selebar bahu, usahakan kondisi tubuh serileks mugkin.

c. Lakukan awalan. Gunakan awalan sebelum melakukan lompatan agar otot tungkai mempunyai daya ledak yang digunakan untuk mengangkat kedua kaki melewati standing board jump.

d. Posisi melompat. Pada saat posisi tubuh berada di atas standing board jump usahakan kedua kaki terangkat sampai menyentuh dada sehingga badan dapat melewati alat tersebut tanpa menyentuhnya.

e. Pada saat mendarat tubuh jangan terlalu kaku, apabila terlalu kaku kaki akan merasa sakit akibat menahan beban tubuh saat mendarat ke tanah. Usahakan kondisi badan serileks mungkin. Usahakan melompat dengan frekuensi yang rendah dahulu apabila sudah mahir baru boleh melompat dengan frekuensi yang tinggi.

f. Lakukan pendinginan / cooling down. Apabila kita selesai melakukan kegiatan diatas jangan lupa untuk melakukan pendinginan / cooling down agar otot yang kaku atau masih dalam keadaan tertarik akibat kita melakukan gerakan tadi bisa kembali ke kondisi semula atau lemas lagi. Pendinginan juga berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang ada di otot.

Penggunaan standing board jump khususnya pada anak sekolah dasar mempunyai tingkatan atau level yang berbeda pada pengunaannya dibandingkan dengan anak usia SMP, anak usia SMA maupun dengan atlit. Tidak mungkin tingkatan atau level anak usia SMP dipakai untuk anak usia SD ataupun sebaliknya tingkatan atau level anak usia SMA dipakai untuk anak usia SD, apabila itu terjadi maka akibat yang dirasakan sangat signifikan yaitu terjadi kesalahan yang berakibat kerusakan pada sistem otot pengguna. Oleh karena itu media pembelajaran ini akan bermanfaat apabila selama penggunaanya benar sesuai dengan petunjuk yang telah disesuaikan.

Penggunaan standing board jump juga harus disesuaikan dengan jenis kelamin, ini dimaksudkan agar ada perbedaan perlakuan antara laki laki dan perempuan karena tingkat kekuatan otot laki laki dan perempuan jelas berbeda

Daftar Pustaka

Dirjen DIKTI. 1996. Lompat Jauh, JAKARTA : Cv Rineka cipta

Dinata Marta. 2002. Kemampuan Dasar Fisik Atlit. SOLO : Cv Widyadharma

Yudha Maza. 2006. Beri Tenaga Hidup Anda Fitnes Fit Sepanjang Hari. JAKARTA: Penebar Swadaya.

Toruan dr Phaidon L, MM. 2007. Fat Loss Not Weight Loss Gemuk Tapi Ramping. JAKARTA: Transmedia Pustaka.

Sajoto M. 1988. Pembinaan kondifi fisik dalam olahraga. JAKARTA: Depdikbud Dirjen Dikti

Richard and Miller. 1978. Biomechanic of Sport. San Fransisco, AMERIKA

Lukman O.T. 2003. BIOMEKANIKA Penerapan hukum hukum dan prinsip prinsip mekanika dalam olahraga. SURABAYA : Unesa University Press

Bompa T. 1990. Physical for sport. San Fransisco, AMERIKA




FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN BELAJAR MENGAJAR

Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya. Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.

Proses belajar mengajar merupakan inti daripada proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan pelajar atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam suasana belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan pelajar itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi educative. Kegiatan pendidikan bukan hanya terbatas pada tugas menyampaikan ilmu tetapi juga melibatkan usaha menanam sikap dan nilai-nilai kepada pelajar yang sedang belajar (Abu Bakar. 2004: 6)

Guru menyandang tugas yang amat penting, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dalam bentuk pengabdian. Sekurang-kurangnya ada tiga tugas utama guru yaitu tugas mengajar, tugas mendidik dan melatih. Mendidik berarti mengembangkan dan meneruskan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan para pelajar. Tapi kesuksesan dalam belajar mengajar bukanlah mutlak berasal dari guru tetapi ada banyak macam faktor yang mempengaruhi lainnya

2. Faktor faktor yang mempengaruhi kesuksesan belajar mengajar.

Hampir setiap orang pasti pernah mengalami proses belajar-mengajar,baik itu sedari kecil oleh orang tua maupun setelah memasuki jenjang sekolah. Dalam posisi sebagai pembelajar, kita seringkali mendengarkan, mengamati, dan menilai cara pengajar dalam menyampaikan materi, bahkan yang paling ekstrim, apabila kita tidak menyukai cara pengajar mengajar baik karena sulit dimengerti ataupun karena faktor boring seringkali mengabaikannya, masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Faktor pengajar dalam proses kegiatan belajar-mengajar memang sangat berpengaruh sekali terhadap motivasi pembelajaran, meski memang ada juga siswa yang mandiri, yang tidak terpengaruh terhadap faktor pengajar karena dia mau belajar sendiri . Pada umumnya kita akan menyukai pengajar yang bagus dalam penyampaian materi, mudah dimengerti dan berlangsung dua arah hingga bisa diketahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi yang telah disampaikan. Tetapi dari paparan diatas terdapat 3 faktor yang mungkin dianggap sukses jika kita melakukannya yaitu cara belajar, lingkungan sekitar dan sarana belajar

A. Lingkungan sekitar

Termasuk didalamnya adalah orangtua, Guru dan teman. Walaupun tentu saja kecerdasan anak sendiri sangat mempengaruhi kesuksesan dalam belajar, namun karena hal tersebut adanya di dalam dan bukan faktor luar maka hal itu tidak disertakan dalam faktor lingkungan sekitar. Peran orang tua dan guru sangat penting dalam pendidikan anak atau murid-muridnya, tetapi pertanyaannya adalah bagaimana mengembangkan sikap yang independen dan kreatif dalam proses belajar dan bukan hasil instan yang hanya berhasil bila ada pengawasan dari orang tua atau guru. Jika orang tua turut serta dalam perkembangan belajar anak anaknya bukan tidak mungkin si anak akan mengalami keadaan dimana ia dapat mengembangkan akal dan pikirannya dalam belajar, suasana belajar di rumah yang diciptakan para orang tua dapat mendukung kemauan anak untuk belajar dan dapat dipastikan hasil nya akan sangat memuaskan.

Begitupun peran guru di sekolah juga sangat penting dalam meningkatkan kemauan belajar anak anak. Seorang guru dapat memotivasi dan memberikan pengarahan kepada anak anak bagaimana cara belajar yang baik dan mengembangkan potensi lebih yang terdapat pada anak. “Sebagai guru, adalah sebuah kebanggaan tersendiri yang tak akan hilang bila berhasil membimbing anak dalam studi dan menjadikannya sukses. Bahkan guru, akan rela berusaha semaksimal mungkin dan melakukan apa saja demi membantu anak sukses dalam studinya. Tapi bagaimana caranya yang paling tepat ? Inilah yang sering menjadi masalah…..” (Dr. Martin Leman)

Satu faktor yang perlu diperhatikan adalah pergaulan dengan teman, seperti dikatakan oleh Ralph Waldo Emerson dengan baik, “Saya membayar kepala sekolah tetapi anak-anak sekolah lah yang mendidik anak laki-laki saya”. Pergaulan anak anak di sekolah juga harus kita monitoring, jangan sampai anak anak kita terbawa dalam suasana belajar yang negative akibat dari pengaruh buruk teman temannya. Jika anak hendak belajar bersama temannya, dukunglah ia. Belajar bersama memang dapat membantu anak, baik dalam pelajarannya sendiri,maupun dalam perkembangan bersosialisasinya. Peran orang tua di sini adalah mengontrol apakah anak memang belajar bersama atau sekedar alasan saja untuk keluar rumah dan bermain dengan temannya. Langkah yang paling mudah untuk mengontrol anak tanpa membuatnya merasa dicurigai, adalah dengan menyediakan rumah kita sendiri sebagai tempat mereka belajar bersama. Dengan begitu, selain membuat kita bisa mengawasi apakah mereka memang belajar, juga sekaligus membuat kita bisa mengenal teman-teman si anak.

B. Sarana Belajar

Buku-buku yang berkualitas di rumah, di perpustakaan sekolah, turut berperan dalam perkembangan belajar anak terutama dalam pengembangan minat membaca anak-anak. Buku pelajaran yang berkualitas menjadi utama peningkatan mutu pendidikan”, kata Alan Cunningworth, pakar pendidikan Inggris (Kompas, 18 Februari 2008). Ini berarti di era globalisasi ini, buku teks pelajaran masih merupakan sumber belajar dan media yang penting untuk mendukung tercapainya kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan pendapat Drs. Agus Lukman Hakim MSc., Kepala Bagian Pengendalian Mutu Buku di Pusat Perbukuan yang menyatakan bahwa buku merupakan alat penyampaian kurikulum kepada siswa (Supendi, 2004). Sungguh dibutuhkan buku teks pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga isi buku dapat dipahami oleh guru maupun siswa. Buku teks pelajaran yang berkualitas rendah jelas tidak akan dapat dijadikan tempat penyimpanan dan menyebarluaskan khasanah ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi. Satu hal yang cukup penting dalam proses belajar pada era teknologi ini adalah komputer dan koneksi internet. Begitu banyak informasi berkualitas yang gratis yang tersedia di internet yang dapat dimanfaatkan dalam perkembangan belajar anak.

C. Cara Belajar

Satu ungkapan terkenal dari Bill Gates, pendiri Microsoft adalah “You do it bit by bit”. Dia mengungkapkan itu untuk menjelaskan proses pembuatan program komputer. Pembuatan program adalah proses yang memakan waktu yang panjang yang tidak bisa dilakukan seketika yang memerlukan energi besar dan pikiran yang mendalam untuk menyelesaikannya. Ungkapan itu bisa juga diterapkan dalam proses belajar. Pada umumnya murid-murid masih terbiasa dengan belajar pada saat-saat akhir, sehari sebelum ulangan. Tidak mengherankan bila prestasi belajarnya juga tidak terlalu baik.terdapat berbagai cara atau metode dalam belajar. Belajar yang baik bukan belajar atau membaca dengan cepat selesai itu juga tetapi harus secara berkala atau berlanjut dengan waktu yang lama sehingga dapat memunculkan memori yang banyak didalam otak kita tentang apa yang sering kita baca selama ini. Tanamkanlah dalam diri anak bahwa kegiatan belajar adalah sesuatu yang perlu diprioritaskan dalam kegiatan sehari-hari. Jangan kacaukan jam belajar anak dengan acara-acara seperti berbelanja ke mall, atau malah mengajaknya bermain pada saat seharusnya ia belajar. Bila anak sejak kecil merasa bahwa acara belajarnya adalah suatu acara yang dianggap penting oleh orang tuanya, ia pun akan beranggapan bahwa belajar itu memang penting. Bila anak sedang belajar, usahakan agar tidak mengganggunya dengan cara tidak menghidupkan TV. Berikanlah suasana yang tenang bagi anak, sehingga perhatiannya tidak terganggu oleh siaran TV. Jika memang tetap hendak menyaksikan TV atau menonton video, usahakan agar suaranya tidak membuat anak terganggu atau teralih perhatiann

Perhatikanlah bagaimana si kecil belajar. Apakah ia belajar dengan senang hati ? Atau dengan ekspresi kesal dan frustrasi ? Sebagai orang tua kita harus tanggap, apa kira-kira yang si kecil rasakan saat ia belajar. Jika ia belajar dalam suasana hati yang senang, apa yang ia pelajari akan lebih melekat dalam dirinya dan ia juga tidak merasakan berbeban untuk belajar. Bila ia tampak kesal atau tidak senang saat ia belajar, cobalah cari apa penyebabnya. Apakah ia mengalami kesulitan berkonsentrasi ? Atau ia terganggu oleh sesuatu ? Di sini orang tua harus pandai-pandai membuat suasana hati si kecil gembira saat ia belajar.

Salah satu teknik membaca yang perlu diketahui adalah teknik membaca cepat. Dengan teknik ini kita diajarkan untuk membaca indek, daftar isi, judul dan sub judul dan membaca isinya secara cepat dengan hanya menggunakan mata dan jangan menggunakan bibir, dan membaca pertanyaan-pertanyaannya. Dalam waktu yang singkat, kita diharapkan telah mengetahui secara umum apa yang dibahas dalam buku tersebut. Apa yang diajarkan teknik itu adalah agar kita segera mengetahui isi keseluruhan buku secara umum sehingga bila memerlukan untuk membacanya di lain waktu, kita telah mengetahui di buku mana dan bagian mana kita bisa membacanya kembali. Jadi jangan salah menilai bahwa setelah membaca cepat selesailah tugas kita membaca buku yang dimaksud

Penutup

Ada banyak factor yang mendukung keberhasilan dalam belajar mengajar, masing masing individu dapat menentukan sendiri hal apa saja pantas dilakukan dalam belajar mengajar. Yang penting adalah komunikasi, baik komunikasi dengan anak dengan guru maupun dengan komponen yang bersangkutan. Jika kita berkomunikasi dengan anak jadikanlah diri kita sebagai orang tua dan pendengar bagi anak. Dengarkanlah dahulu apa yang dirasakan dan hendak dikatakan oleh anak. Jangan malah anak belum-belum sudah diberi nasehat bertubi-tubi tanpa memberinya kesempatan mengemukakan pikirannya. Jika ia mengutarakan sesuatu yang kurang sesuai dengan kemauan orang tua, jangan langsung dimarahi atau dicela. Ajaklah bicara baik-baik dan buat ia mengerti. Hal ini penting karena akan mengkondisikan anak untuk biasabicara terbuka dan tidak berbohong pada orang tua. Ia akan merasakan bahwa ia bisa bicara apa saja dengan orang tuanya. Selain itu penting juga untuk menunjukkan pada anak bahwa orang tuanya peduli padanya dan selalu bersedia membantu bila diperlukan.

Guru harus mampu membangun banyak karakter agar peran dan fungsi kita sebagai guru sekaligus makhluk sosial dapat diterima dengan baik oleh anak didik kita, sebenarnya ada banyak cara untuk menghidupkan komunikasi kita dengan anak,seperti wajah. Wajah adalah sumber perhatian pertama ketika guru bertemu dengan anak didiknya dan juga pusat perhatian dalam berkomunikasi. Ketika anda bertemu dengan anak didik anda usahakanlah memberikan sesuatu yang baik, ramah dan ekspresif karena itu menentukan komunikasi anda selanjutnya ibarat kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda. Tataplah mata anak untuk menumbuhkan suatu penghargaan baginya, bisa dibantu dengan mata yang berbinar, mulut tersenyum lebar, dan ucapan - ucapan yang membuat anak merasa di hargai.

Berikanlah komentar - komentar yang empati contohnya subhanallah, alhamdulillah, dsbnya terhadap apa yang telah ia lakukan meskipun hanya bercerita tentang mainannya. Jangan merasa bahwa menjadi guru akan selalu benar, jika kita telah melakukan kesalahan atau kealfaan terhadap anak jangan sungkan untuk "meminta maaf "kepada anak karena itu akan memberikan sebuah pembelajaran tentang saling memaafkan dan komunikasipun akan berjalan. ancar karena antara guru dan murid saling menghargai. Bagaimana jika anak sedang emosional, memberontak, tidak mau mendengar dengan apa yang kita katakan?? terlebih dahulu upayakan kesabaran pada diri kita, dengarkan pendapat dan teriakan mereka dan coba jawab tanpa harus terpancing emosi, alihkan perhatian mereka terhadap hal - hal yang menyenangkan.

Jika anak masih memberontak, coba kita diamkan saja, jangan memberi respon apa - apa dan pergilah menjauh dari anak untuk meredam emosi kita dan anak. Pahami bahasa anak sesuai dengan tingkatan umur mereka. Perhatikan dan pahami kata - kata khas serta istilah yang sering dipergunakannya di lingkungan teman - temannya. Gaya bahasa guru yang cenderung menggurui adalah gaya bahasa yang paling tidak di sukai oleh anak. Membiasakan penggunaan ucapan "terima kasih" kepada anak atau sebaliknya karena ini termasuk sebuah komunikasi yang baik yang bisa mengajarkan kepada anak nilai - nilai luhur untuk bisa menghargai orang lain dan juga mendorong anak untuk berpikir lebih positif , contoh kecilnya adalah ketika penghapus guru jatuh kemudian anak yang mengambilkan maka guru mengucapkan terima kasih sebagai bentuk penghargaan atas pengorbanan anak. Penggunakaan kata 'tolong' juga sesuatu yang positif yang bisa kita lakukan untuk anak agar anak merasa tidak terpaksa untuk melakukan suatu pekerjaan yang telah diberikan oleh guru dan akan membuat komunikasi menjadi baik dan lancar. (Irawati Istadi)

DAFTAR PUSTAKA

Winkel, W.S. “Psikologi Pembelajaran”, Media Abadi, Cetakan Ke IX, Tahun 2007

Gagne, Robert,M. The Conditions of Learning, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1977

Bloom,B. Human Characteristic and school Learning, Mcgraw-Hill,New York,1976

Rochman,N.Psikologi Kepribadian, CV Mutiara, JAKARTA, 1979

Siswojo.Belajar Tuntas ( Mastery Learning), Erlangga, JAKARTA, 1981

TUJUAN INTRUKSIONAL DAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Pendahuluan

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu manusia telah berkembang selama berabad abad yang lalu dan tetap terbuka kesempatan yang luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai taraf kebudayaan yang lebih tinggi. Masing masing manusia pun mengalami banyak perkembangan di berbagai bidang, kemampuan ini didapat karena adanya kemampuan untuk belajar. Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Setiap guru / pengajar berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang siswanyanya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli dalam dunia pendidikan melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :

  1. Proses pemerolehan informasi baru.
  2. Personalia informasi ini pada individu.

Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.

Sub Bahasan

A. Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri kedewasaan yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam penentuan perumusan mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun taraf pengelolaan institusi pendidikan. Perumusan suatu tujuan pendidikan yang menetapkan hasil yang harus diperoleh siswa selama belajar, dijabarkan atas pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang telah menjadi milik siswa. Adanya tujuan tertentu memberikan arah pada usaha para pengelola pendidikan dalam berbagai taraf pelaksanaan. Dengan demikian usaha mereka menjadi tidak sia sia karena bekerja secara profesional dengan berpedoman pada patokan yang jelas. Berkaitan dengan penentuan tujuan pendidikan perlu dibedakan antara pengelolaan pendidikan pada taraf:

1. Organisasi makro : sistem pendidikan sekolah pada taraf nasional, dengan penjabarannya dalam jenjang jenjang dan jenis jenis pendidikan sekola, yang semuanya harus menuju ke pencapaian tujuan pendidikan nasional sesuai dengan progam pendidikan masing masing

2. Organisasi meso : pengaturan progam pendidikan di sekolah tertentu sesuai dengan ciri ciri khas jenjang tertentu dan jenis pendidikan yang di kelola sekolah itu

3. Organisasi mikro : perencanaan dan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar tertentu di dalam kelas yang diperuntukkan kelompok siswa tertentu

(Winkel W.S, 2004)

Tujuan instruksional ternyata masuk ke dalam organisasi mikro karena mencakup kesatuan bidang studi tertentu yang menjadi pokok bahasan seperti tercantum pada bagan hubungan hierarkis antara berbagai tujuan pendidikan sekolah, taraf organisasi pendidikan sekolah dan taraf pengelolaan pendidikan sekolah dibawah ini:

Hierarki Tujuan Pendidikan

Taraf Organisasi

Taraf pengelolaan

Tujuan Pendidikan Nasional

Makro

Keseluruhan usaha pendidikan masyarakat di negara Indonesia

Tujuan Pendidikan Institusional

Meso

Jenjang pendidikan sekolah tertentu dan jenis pendidikan

Tujuan Pendidikan Kurikuler

Meso

Kesatuan kurikulum tertentu yang mencakup sejumlah bidang studi

Tujuan Instruksional Umum

Mikro

Kesatuan bidang studi tertentu yang mencakup sejumlah pokok bahasan

Tujuan Instruksional Khusus

Mikro

Satuan pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu

Jadi isi tujuan pendidikan akan berbeda beda tergantung pada taraf organisasi manakah tujuan itu ditetapkan. Sudah barang tentu isi tujuan pendidikan pada taraf organisasi yang satu tidak bertentangan dengan yang lain, melainkan tujuan pada taraf yang lebih bawah menjabarkan dan mengkhususkan tujuan pada taraf organisasi yang lebih tinggi. Maka perumusan tujuan instruksional akan lebih mengkhususkan tujuan pendidikan. Tujuan instruksional umum menggariskan hasil hasil di bidang studi tertentu yang seharusnya dicapai siswa, adanya hasil akan nampak dalam seluruh prestasi belajar yang diberikan oleh siswa. intinya tujuan instruksional adalah kemampuan yang harus diperoleh atau dicapai oleh siswa yang menjadi tujuan dari proses belajar mengajar. Dalam pengelolaan dan pengembangan pengajaran diperlukan suatu model yang dipakai sebagai pegangan yang mencakup seluruh komponen pokok yang harus dipertimbangkan, dibuat, duatur dan dilaksanakan. Seperti model yang dikembangkan oleh van gelder yang disebut Didactische Analyse dengan penjelasan sebagai berikut:

  1. Tujuan Instruksional : kemampuan yang harus diperoleh siswa
  2. Kemampuan siswa pada awal pelajaran : kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional (prasyarat)
  3. Materi pelajaran : bahan pelajaran
  4. Prosedur didaktis : metode didaktis yang digunakan oleh guru
  5. Kegiatan belajar : aktivitas belajar yang dijalankan siswa
  6. Peralatan ,engajar dan belajar : berbagai media pengajaran dan alat bantu
  7. Evaluasi hasil belajar : penilaian terhadap prestasi siswa

Dalam buku beknopte didaxologie, E. De Corte juga menyajikan suatu model pembelajaran yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari model van gelder dengan penjelasan sbb:

1. Tujuan Instruksional : Apa yang menjadi tujuan proses belajar mengajar

2. Keadaan awal diartikan menjadi 2 cara :

· Dalam arti luas : keadaan guru, siswa, jaringan sosial di sekolah dan di kelas

· Dalam arti sempit : kemampuan yang harus diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional

3. Evaluasi

4. Proses belajar : kegiatan mental yang dilakukan siswa

5. Prosedur didaktis : cara cara mengatur kegiatan siswa

6. Materi pelajaran : menyangkut isi dari tujuan instruksional

7. Pengelompokan siswa : tata cara membentuk kelompok

8. Media pengajaran : alat bantu yang digunakan guru

9. Proses mengajar belajar : interaksi antara kegiatan guru dan kegiatan siswa selama periode waktu tertentu

Dari beberapa tulisan di atas ada beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert F. Magner (1962) yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. Setelah kita mengetahui beberapa definisi tujuan instruksional yang dikemukakan dari beberapa tokoh kita dapat mengambil beberapa manfaat yaitu

1. Kita dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar

2. Menentukan persyaratan awal instruksional

3. Merancang strategi instruksional

4. Memilih media pembelajaran

5. Menyusun instrumen tes sebagai evaluasi belajar

6. Melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.

Dalam proses belajar mengajar tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu tujuan instruksional umum yang menggariskan hasil hasil di aneka bidang studi yang harus dicapai siswa dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum yang menyangkut suatu pokok bahasan sebagai tujuan pengajaran yang konkrit dan spesifik.

Ada beberapa langkah yang harus dilalui untuk merumuskan tujuan instruksional khusus. Pertama usahakan menggunakan kata kata yang menuntut siswa berbuat sesuatu yang menampakkan hasil belajarnya dan sekaligus menunjukkan jenis perilaku (behavioral aspect) yang diharapkan, misalnya “siswa akan mengetahui perbedaan antara jenis karya sastra dan sastra puisi”, kurang tepat karena kata “mengetahui” hanya menunjuk pada kemampuan internal. Lebih baik kalau siswa akan melakukan sesuatu seperti “ menyebutkan secara tertulis ciri khas dari jenis karya sastra puisi dan sastra prosa dan memberikan suatu contoh tentang masing masing karya”. Berdasarkan apa yang ditulis yang kemudian di baca baru dapat ditentukan apakah siswa mengetahui perbedaan antara 2 jenis karya itu. Prestasi tertulis ini menampakkan dengan jelas, apakah hasil yang dituju telah tercapai dan hasil macam apa yang diperoleh yaitu pengetahuan. Kata “menyebutkan” secara tertulis menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati

Kedua perlu dijelaskan terhadap hal apa siswa harus melakukan sesuatu (isi). Ini pun perlu dijelaskan supaya se spesifik mungkin. Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”.

Ketiga perlu dijelaskan persyaratan yang berlaku,bila siswa akan melakukan sesuatu, sesuai dengan tujuan intruksional khusus. Persyaratan itu dapat menyangkut bentuk hasl belajar seperti secara tertulis atau secara lisan dan dapat menyangkut informasi yang diberikan.

Keempat perlu ditentukan suatu norma mengenai taraf prestasi minimal yang diberlakukan. Ini berarti bahwa siswa akan mampu melakukan sesuatu dalam batas paling sedikit atau paling banyak. Norma yang menentukan taraf minimal dapat menyangkut lamanya waktu, dapat menyebutkan jumlah atau jumlah kesalahan yang boelh dibuat dan dapat menyangkut taraf ketelitian dan keterampilan. Karena tekanan yang diberikan pada prestasi belajar siswa yang berlangsung nampak dalam perilaku yang dapat di amati, TIK dianggap sebagai suatu “sasaran tingkah laku nyata”( behavioral objective). Adanya serangkaian sasaran yang demikian membawa keuntungan sejauh proses belajar mengajar terarah pada tujuan yang spesifik dan konkret.

B. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal)

Ilmu psikologi mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang mencakup pengetahuan serta pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap kehendak serta nilai dan aspek psikomotorik yang mencakup pengamatan dan segala gerak motorik. Dalam kenyataannya dasar pembagian yang demikian kerap menjadi pedoman dalam menggolongkan segala jenis perilaku. Kegunaan dari suatu sistem klasifikasi mengenai tujuan instruksional termasuk tujuan intruksional khusus adalah kita dapat memperoleh gambaran tujuan tujuan instruksional ditinjau dari segi jenis perilaku yang mungkin dicapai oleh siswa. Menurut Bloom dan kawan kawan pengklasifikasian jenis perilaku disusun secara hierarkis sehingga menjadi taraf taraf yang menjadi semakin kompleks

A. Kognitif :

1. Mencakup pengetahuan ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan

2. Mencakup pemahaman untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari

3. Mencakup kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode yang baru

4. Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan

5. Mencakup kemampuan membentuk suatu kesatuan

6. Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

B. Afektif :

1. Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan

  1. Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif
  2. Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
  3. Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
  4. Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan

C. Psikomotorik :

1. Mencakup kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik

  1. Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai gerakan
  2. Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
  3. Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik dengan lancar
  4. Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilandengan lancar, efisien dan tepat
  5. Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan Pola gerak gerik yang mahir
  6. Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru

C. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut isi

Dalam suatu TIK dibedakan dua aspek yaitu aspek perilaku yang dituntut dari siswa dan aspek terhadap hal apa perilaku itu yang harus dilakukan(isi = content). Untuk istilah isi kerap digunakan pula istilah materi dan bahan. Istilah isi menunjukkan pada aspek tertentu dalam tujuan instruksional, terhadap hal apa siswa harus melakukan ssuatu sesuai jenis perilaku yang dituntut. Istilah materi / bahan pelajaran menunjuk pada hal hal yang dilakukan selama pengalaman belajar siswa berlangsung. Klasifikasi tujuan instruksional menurut aspek isi biasanya dikaitkan dengan struktur yang terdapat dalam cabang cabang ilmu yang mendasari aneka bidang studi yang di ajarkan di sekolah seperti skema dibawah ini yang menghubungkan antara tujuan instruksional, aspek isi tujuan instruksional dan materi / bahan pelajaran.

Tujuan instruksional

Isi tujuan instruksional

Isi tujuan instruksional

Menyebutkan nama presiden RI

Seokarno sebagai presiden pertama republik indonesia

Soekarno sebagai presiden pertama republik indonesia

Menjelaskan mengapa bahan besi yang dipanaskan memuai

Relasi antara pemanasan dan pemuaian

Relasi antara pemanasan dan pemuaian

Menunjukkan kerelaan untuk melaporkan secara obyectif

Objektivitas laporan

Obyektivitas laporan


D. Analisis tugas belajar

Dalam menentukan tujuan instruksional khusus berdasarkan aspek perilaku Gagne menggunakan pengklasifikasian tugas belajar dan di lengkapi analisis tugas belajar dengan menggjnakan hirarki dalam belajar yang berupa instructional sequence. Setiap TIK yang hendak dicapai menuntut prasyaratan kemampuan internal yang harus dimiliki yang berupa salah satu dari lima hasil belajar (informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan sikap dan motorik). Analisis tugas belajar dikemukakan oleh Gagne karena menyangkut penyelidikan terhadap komponen yang mungkin terdapat dalam tujuan instruksional dalam aspek jenis perilaku dan dalam aspek isi terutama tentang pemahaman dan pengetahuan. Unsur pemahaman menunjukkan pada konsep / dasar dan unsur pengetahuan menunjukkan pada informasi verbal. Kedua unsur kiranya mutlak diperlukan karena tanpa pemahaman dan pengetahuan yang memadai sulit memperoleh sikap yang mantap. Hasil penyelidikan terhadap tujuan instruksional baik dalam aspek jenis perilaku maupun dalam aspek isi yang menemukan komponen konsep, informasi verbal dan subsikap nantinya akan sangat berguna dalam perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar yang membawa siswa ke hasil yang dituju.

Penutup

Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri kedewasaan yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam penentuan perumusan mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun taraf pengelolaan institusi pendidikan. Perumusan suatu tujuan pendidikan yang menetapkan hasil yang harus diperoleh siswa selama belajar, dijabarkan atas pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang telah menjadi milik siswa. Adanya tujuan tertentu memberikan arah pada usaha para pengelola pendidikan dalam berbagai taraf pelaksanaan. Dengan demikian usaha mereka menjadi tidak sia sia karena bekerja secara profesional dengan berpedoman pada patokan yang jelas.

Dalam proses belajar mengajar tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu tujuan instruksional umum yang menggariskan hasil hasil di aneka bidang studi yang harus dicapai siswa dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum yang menyangkut suatu pokok bahasan sebagai tujuan pengajaran yang konkrit dan spesifik.

Di dalam ilmu psikologi mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Ketiga aspek ini sampai saat ini dilakukan oleh tenaga pengajar dalam melakukan penilaian terhadap materi yang telah disampaikan disamping melakukan analisis tugas belajar

Setiap TIK yang hendak dicapai menuntut prasyaratan kemampuan internal yang harus dimiliki yang berupa salah satu dari lima hasil belajar (informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan sikap dan motorik). Analisis tugas belajar dikemukakan oleh Gagne karena menyangkut penyelidikan terhadap komponen yang mungkin terdapat dalam tujuan instruksional dalam aspek jenis perilaku dan dalam aspek isi terutama tentang pemahaman dan pengetahuan. Unsur pemahaman menunjukkan pada konsep / dasar dan unsur pengetahuan menunjukkan pada informasi verbal. Kedua unsur kiranya mutlak diperlukan karena tanpa pemahaman dan pengetahuan yang memadai sulit memperoleh sikap yang mantap

Daftar Pustaka

Winkel, W.S. “Psikologi Pembelajaran”, Media Abadi, Cetakan Ke IX, Tahun 2007

Gagne, Robert,M. The Conditions of Learning, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1977

Bloom,B. Human Characteristic and school Learning, Mcgraw-Hill,New York,1976

Rochman,N.Psikologi Kepribadian, CV Mutiara, JAKARTA, 1979

Siswojo.Belajar Tuntas ( Mastery Learning), Erlangga, JAKARTA, 1981

Rabu, 28 Januari 2009

yeeeee duwe blog kerrrrr.......!!!!!1

Setelah perjuangan lama bikin pake lampu mati segala (kasihan ya...) akhirnya kesampaian juga bikin blog. semoga selalu dapat masukkan ide ide yang top cerrrr lah